ERDIKHA MORNING IDEA 21 OKTOBER 2021
View PDF
21 Oct 2021

Mampukah Sentimen BI Mengangkat IHSG?

Indeks pada perdagangan kemarin ditutup menguat pada level 6658. Ditransaksikan dengan volume yang relatif ramai jika dibandingkan dengan rata-rata volume 5 hari perdagangan. Indeks ditopang oleh Transportation & Logistic (1.803%), Industrials (1.445%), Basic Materials (1.25%), Financials (1.02%), Consumer Cyclicals (0.326%), Properties & Real Estate (0.325%), Healthcare (0.124%), Technology (0.038%), kendati dibebani oleh sektor Infrastructures (-0.097%), Energy (-0.117%), Consumer Non-Cyclical (-0.14%), yang mengalami pelemahan walaupun belum signifikan. Indeks pada hari ini diperkirakan akan bergerak pada range level support 6600 dan level resistance 6680. Pada penutupan perdagangan Rabu waktu setempat, dua dari tiga indeks utama negeri Paman Sam yakni S&P 500 dan Dow ditutup naik karena investor optimis akan pendapatan kuartal ketiga perusahaan-perusahaan AS lebih baik dari yang diharapkan. Sementara Nasdaq mengalami pelemahan akibat terkoreksinya saham teknologi, Dow Jones Industrials Average pun berhasil melampaui rekor sebelumnya yang dicapai pada pertengahan Agustus. Sentimen pertama yaitu dari Eropa dimana Inggris melaporkan data inflasi di bulan September tumbuh 3,1% year-on-year (YoY), sedikit melambat dari bulan sebelumnya 3,2% YoY. Selain itu anggota dewan bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB), Jens Weidmann, yang juga Gubernur Bank Sentral Jerman (Bundesbank) mengumumkan akan mundur dari jabatanya di akhir tahun nanti di tengah kondisi pemulihan ekonomi Uni Eropa yang masih belum maksimal. Sentimen kedua yaitu dari China, dimana perusahaan properti dengan utang terbesar di dunia - China Evergrande - dikabarkan telah membayar kupon obligasi dalam negeri yang jatuh tempo pada hari Selasa (19/10). Pengembang China lain, Kaisa Group (1638.HK) mengatakan pada hari Senin (18/10) telah membayar kupon yang jatuh tempo pada 16 Oktober dan berencana pada kamis ini untuk mentransfer pembayaran untuk kupon senilai US$ 35,85 juta yang jatuh tempo pada 22 Oktober mendatang. Dalam beberapa hari terakhir, People's Bank of China mengatakan efek limpahan pada sistem perbankan dari masalah utang Evergrande dapat dikendalikan dan ekonomi China "berjalan dengan baik". Sentimen ketiga yaitu krisis energi yang juga masih dirasakan negara ekonomi besar lain seperti India dan juga wilayah Uni Eropa akibat kelangkaan gas. Hal tidak hanya meningkatnya biaya energi tapi juga berpotensi dapat mendorong peningkatan harga pembelian barang sehari-hari lainnya, termasuk makanan jika kondisi ini tidak segera terselesaikan. Indonesia sejatinya cukup diuntungkan oleh situasi ini, karena merupakan eksportir terbesar batu bara dunia, yang harganya melambung merespons krisis energi dan pencarian sumber energi alternatif menjelang musim dingin. Selain batu bara, komoditas lain yang juga mengalami reli kenaikan harga sejak awal tahun termasuk CPO dan migas. Sentimen keempat yaitu dair dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dalam pengumuman kebijakan moneter kemarin memperkirakan transaksi berjalan di kuartal III-2021 akan mengalami surplus. Sehingga bisa memperkuat fundamental Indonesia. Untuk sepanjang 2021, transaksi berjalan diperkirakan masih akan defisit tetapi lebih baik dari proyeksi sebelumnya. Selain itu, BI juga memutuskan untuk melanjutkan kebijakan akomodatif berupa DP nol persen maksimal untuk penjualan properti dan kendaraan bermotor.Kebijakan tersebut berpeluang besar akan membuat saham-saham di sektor properti dan automotif terkerek naik apabila hari ini buka. Sehingga dengan dorongan tenaga dari BI serta kondisi bursa Benua Kuning yang terpantau hijau, sejatinya IHSG berpeluang menguat hari ini apabila tidak libur.





PT. Erdikha Elit Sekuritas | Member of Indonesia Stock Exchange
Gedung Sucaco lt.3 Jalan Kebon Sirih kav.71

Jakarta Pusat 10340, Indonesia

Website : www.erdikha.com